Fenomena stunting masih menjadi ancaman serius di Indonesia. Baru-baru ini, pernyataan mengejutkan datang dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) dan pakar dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) yang menyatakan bahwa paparan asap rokok dari orang tua bisa meningkatkan risiko stunting pada anak.
Menurut Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Maria Endang Sumiwi, kebiasaan merokok dalam rumah tangga sangat berdampak pada kualitas tumbuh kembang anak. Hal ini berkaitan erat dengan lingkungan tempat anak bertumbuh sejak usia dini.
“Anak yang terpapar asap rokok secara pasif bisa mengalami gangguan nutrisi dan sistem pernapasan, yang berujung pada gagal tumbuh atau stunting,” ujar dr. Endang dalam konferensi pers Kemenkes.
+62 823-2904-5519
Studi terbaru dari PKJS UI mengungkap bahwa anak yang tinggal bersama ayah perokok memiliki risiko 1,8 kali lebih tinggi mengalami stunting dibandingkan anak dengan ayah non-perokok. Risiko ini bukan berasal dari konsumsi nikotin oleh anak, melainkan dari paparan asap rokok secara tidak langsung atau thirdhand smoke—sisa zat berbahaya rokok yang menempel pada baju, kulit, atau perabotan rumah tangga.
Menurut pakar PKJS UI, paparan ini terjadi sejak bayi bahkan masih berada dalam kandungan. Zat toksik dari rokok juga bisa menyebabkan gangguan pada janin, memperlambat pertumbuhan, serta merusak kualitas udara rumah.
Tak hanya berdampak dari sisi medis, rokok juga menjadi beban ekonomi keluarga. Kemenkes menyebutkan bahwa pengeluaran untuk rokok kerap mengalahkan pengeluaran makanan sehat, seperti protein hewani yang penting untuk pertumbuhan anak. Ketika penghasilan keluarga digunakan untuk membeli rokok, maka kebutuhan gizi anak berisiko terabaikan.
“Rokok itu mengganggu secara gizi, perilaku, dan ekonomi. Ini menjadi penyebab stunting yang sering diabaikan,” tambah dr. Endang.
Untuk menekan angka stunting nasional, Kemenkes mengajak seluruh pihak mulai dari rumah tangga, tenaga kesehatan, hingga pemerintah daerah agar lebih aktif dalam kampanye rumah tangga bebas asap rokok. Ini termasuk edukasi menyeluruh bahwa merokok di dekat anak atau dalam rumah harus dihentikan.
Inisiatif ini juga selaras dengan gerakan “Indonesia Bebas Stunting 2030”, yang menargetkan prevalensi stunting turun hingga di bawah 14 persen.
Kampanye ini mendapatkan beragam tanggapan dari masyarakat. Sebagian besar menyambut baik, namun masih ada tantangan budaya dan sosial terkait normalisasi rokok dalam rumah tangga. Edukasi berkelanjutan dan contoh langsung dari tokoh masyarakat serta petugas kesehatan dinilai penting agar kampanye ini berhasil.
Masyarakat diminta lebih waspada terhadap aspek-aspek kesehatan yang tidak kasat mata, salah satunya adalah kebiasaan merokok di rumah. Langkah kecil seperti berhenti merokok di dalam rumah, menjauhkan anak dari asap rokok, serta mengalokasikan belanja untuk makanan bergizi merupakan kunci pencegahan stunting sejak dini.
Dengan mengetahui fakta bahwa paparan rokok sebabkan stunting anak, sudah seharusnya setiap keluarga mulai meninjau kembali kebiasaannya. Ini bukan hanya tentang berhenti merokok, tapi menciptakan rumah sebagai tempat aman dan sehat untuk tumbuh kembang anak-anak Indonesia.
Apabila Anda membutuhkan layanan evakuasi medis untuk anak dengan kondisi kegawatdaruratan akibat gangguan pernapasan atau infeksi, ambulancesemarang.id siap 24 jam membantu Anda dengan tenaga medis profesional.
Ambulance Semarang ID hadir untuk siapa saja, kapan saja, tanpa memandang latar belakang ekonomi atau status sosial.
📞 Hotline 24 Jam: +62 823-2904-5519
🌐 Website: www.ambulancesemarang.id
+62 823-2904-5519
Menyediakan layanan sewa ambulance 24 jam untuk kebutuhan Kesehatan dan Kedukaan yang mempunyai jaringan terluas di seluruh Indonesia.